by

Sri Radya Karaton Sumedang Larang dan Padmi Agung Dikirab dengan Pendampingan oleh Keluarga

(Sri Radya Karaton Sumedang Larang dan Padmi Agung)

SUMEDANG, POLABERITA.COM – Prosesi Kirab Panji dan Mahkota Kemaharajaan Sunda dalam rangka Hari Jadi Kabupaten Sumedang ke-447 berlangsung khidmat dan penuh makna.

Salah satu momen yang menyentuh hati adalah kehadiran keluarga yang mendampingi Sri Radya Karaton Sumedang Larang, H.R.I. Lukman Soemadisoeria, dan Padmi Agung dalam prosesi budaya tersebut.

Pendampingan dilakukan langsung oleh cucu-cucu beliau dari garis keluarga, yang kini bertugas aktif di institusi TNI, ditambah pengawal khusus dari Puragabhaya .

Kehadiran mereka bukan sekadar sebagai bagian dari keluarga, tetapi juga sebagai wujud tanggung jawab moral dan penghormatan kepada sosok Sri Radya yang saat ini dikabarkan dalam kondisi kurang sehat.

BACA JUGA : Generasi Muda Pahami Hukum Korporasi dan AI

Adapun keluarga yang turut mendampingi di lokasi antara lain: Mayor Cpl (K) Iriani Adalci Kuada (Pasiren Kodim 0618/Kota Bandung), Serma Joko Susanto (Babinsa Kelurahan Cikutra), dan Sertu Decky (Babinsa Kelurahan Cigadung).

Salah satu perwakilan keluarga, Mayor Cpl (K) Iriani Adalci Kuada (Pasiren Kodim 0618/Kota Bandung) menyampaikan bahwa pendampingan ini merupakan panggilan batin sebagai keturunan langsung.

“Sebagai keluarga, sudah menjadi kewajiban kami untuk mendampingi Sri Radya dalam kondisi apa pun, terlebih mengingat saat ini beliau dalam keadaan kurang sehat,” ujarnya di sela-sela prosesi , saat di konfirmasi oleh media, Selasa (29/04/25).

“Kehadiran kami bukan hanya sebagai pendamping, tetapi sebagai bentuk cinta, penghormatan, dan tanggung jawab terhadap keluarga dan budaya Sumedang Larang,” tambahnya.

Ia pun menegaskan bahwa semangat melestarikan budaya tidak membuat mereka melupakan kecintaan terhadap tanah air dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Kami tetap teguh menjaga tradisi leluhur, namun tidak lupa bahwa semua ini kami lakukan dalam semangat pengabdian kepada bangsa dan negara,” tegasnya.

Pendampingan penuh hingga acara berakhir menjadi simbol dedikasi lintas generasi—antara darah keluarga, pengabdian kepada negara, dan pelestarian budaya. Ini memperkuat makna bahwa kejayaan Sumedang tidak hanya dipelihara dalam catatan sejarah, tetapi juga melalui aksi nyata dan ketulusan hati para pewarisnya.

Festival ini sekaligus menjadi pengingat bahwa Sumedang memiliki kekayaan budaya yang dijaga dengan cinta oleh mereka yang masih terhubung secara historis dan emosional dengan kejayaan Karaton Sumedang Larang. (Mulyadi)